Header Ads

Banner Header

inikah Cara Universitas Wisudah..!



Ilustrasi

Sinar lembut Terlelap hilang, di anggunan Bukit Salju. Kesepoian angin mengusik benak, Terdengar suara jangkrit Bahu-Menahu, menyuarakan Tangisan Legah Para Mahasiswa/i. Saat menjelang penjemputan setelah diwisudahkan Dari UNIPA tepat 24/08/16, pukul 13:00 siang.

Teriring dengan tarian Budaya Khas Pegunungan Papua oleh Mahasiswa Anggota IMPT, Menggempar Aula Utama UNIPA. Bercorak-corai Terpampan, Menarik Beribuh wajah Pada anak-anak asal Gunung yang Mengenakan Pakaian Adat yang Alami itu.
Wayangan Tarian Dari masing-masing daerah untuk Menjemput Wisudan/i_nya di sekitaran Aula Utama UNIPA Begitu Ramai. Terdengar Gemuruh Tangisan keluar Dari Pintu aula UNIPA mengalirkan usapan air mata Kelegahan tertumpah membasahi Aula. Terlihat sangat menyedihkan, Melihat Usapan Air Mata Para Sarja yang baru disahkan itu, saat Mereka menghadapi hal yang tak mungkin terulang kembali.
Dalam Hati saya berta_nya : “Kenapa  Mau Masuk Menjadi Mahasiswa Juga Menagis, Mau Keluar Jadi Sarjana Juga Menangis..?”
Terbongkar satu per satu Mahasiswa Yang baru saja Menerima Gelar Sarjana itu keluar dari Pintu Aula, Ribuan Cahaya Potretan terlansing di pintu aula bagaikan Damparan Cahaya  Petir, Membuat Kenangan dalam bentuk gambar Oleh Photograf Langkah yang memungkinkan Hasilnya tak mudah untuk dilupakan.
Di selah-selah keramean itu, Jangkrit tetap Berbunyi Deras mengikuti dentunan tarian dari Masing-masing Daerah di didepan Aulah Utama UNIPA.
“Jejeran tarian adat dari masing-masing daerah untuk menjemput wisudawan/i_nya indah terpandang di candera Mata”
Di saat-saat Keramean itu, tepat Di ujung Aulah UNIPA, terlihat salah satu orang yang masi mengenakan Toga. Saya mencoba mendekatinya “Abang-Abang... lagi bikin apa ini, ayo mari kita  foto-foto.. ayo berdiri” kata ajak  dan Penawaran saya untuk Berfoto karena orang itu Terlihat sesal. Orang itu lihat saya tetapi ia tidak ingin untuk berdiri, menanggapi Ajakan_nya.
Saya mencoba Mengajak yang kedua kali dengan kata yang hampir sama “Abang saya ingin foto dengan abang ini..! ayo berdiri”, sambil saya memegan tangan orang itu dan akhirnya ia bangkit berdiri dari duduknya menanggapi ajakan ku.
Saya mengambil kamera Phone yang ada dalam saku untuk berfoto dengan dirinya. Tangan Teman_ku namanya “Man”, menjadi saksi Potretan saya dengan orang itu, tepatnya di depan Aula Utama UNIPA.
Setelah aksi Foto sambil sambil curhat dengan_nya, orang itu terlihat wajahnya Cerah dan kembali menceriterakan kenapa ia terduduk termenung di Ujung Aula ini.
“inikah cara Universitas Mewisudahkan Mahasiswanya, kenapa tidak tunggu orang tua saya yang masi dalam Perjalanan kesini untuk menyasikan wisudaku k..?” kata-kata sesal orang itu sambil meneteskan air matanya.
Orang itu asalnya dari Tanah Merah, orang tuanya tidak bisa dihubungi dengan Telefon karena keberadaannya di tempat yang tidak ada jangkauan Telekomunikasi, sehingga beberapa minggu yang lalu ia mengirimkan sepujuk surat  melalui Kantor Pos untuk orang Tuanya agar datang Menyaksikan Wisudah_nya.
Harapan orang itu kian tertipis ditelang Jarak dan Sambungan Telekomunikasi. Surat yang ia layangkan melalui kantor pos untuk orang Tuanya itu Belum tentu didapatnya. Ujung Aula Utama Menjadi saksi pertumpahan Tetesan air mata Kepedihan. 
Tak ada motif lain yang ia perbuat. “biarlah Ku anggungkan Gelarku ini Untuk ayah dan ibuku walaupun sudah tiada, walaupu sudah tidak bisa menyaksikan Wisudahku” kata ujud syukur orang itu terpampam membela Langit atas perjuagan_nya yang tidak terlepas dari Jeri paya Orang Tuanya, Karena ia Tahu orang Tuanya Tidak bisa Hadir Karena Sudah Meninggal sebulan yang lalu.
Akhirlah kisah orang itu, terpaksa ia Bergabung bersama Para wisudawan/i asal Pegunungan Tengan Papua, menuju tempat dimana Mereka Mengadakan Acara Syukuran_Nya. Dari ujung kerumunan Tarian adat Jemputan Para Wisudawan/i Anggota IMPT, orang itu Terlihat tak beralas kaki, ayungkan kakinya di teriknya Aspal. Tamat

Cerpen By.Sipetek

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.